Thursday, June 12, 2014

Walking trip at Medan city with 50k

Medan, Minggu 8 Juni 2014.
Hot, Panas, Gerah! Begitulah kata-kata yang diucapkan para warga kota Medan beberapa hari ini berkat cuaca panas yang melanda kota Medan dengan suhu mencapai 34 derajat. Pemanasan yang diakibatkan tidak adanya hutan di tengah kota itu membuat kami para penghuni kost di sini kepanasan dan sedikit mengalami dehidrasi.

Karena itu kami berencana untuk tidak berada di kost selama 1 hari penuh pada hari Minggu ini karena cuaca panas yang kabarnya akan terus berlangsung hingga bulan depan.

Sekitar pukul 6.30 pagi, kami bangun dan bersiap untuk olahraga pagi di sekitar komplek tempat kami tinggal. Kami tidak membawa apapun, karena kami harus jogging nanti, jadi kami hanya mengantongi uang Rp50.000,00 dan ponsel untuk alat komunikasi serta teman untuk mendengarkan musik saat jogging nanti, tidak lupa aku membawa selembar kartu member di tempat yang sangat nyaman yang ingin kudatangi nanti.

Kami jogging selama setengah jam lebih dan karena tidak memiliki kendaraan pribadi, maka kami hanya berjalan kaki, meskipun tujuan kami hari ini sedikit jauh, tetapi kami tetap berjalan kaki sebagai alat transportasi. Bagi kami, berjalan kaki adalah sesuatu yang menyehatkan juga selain jogging dan olahraga lainnya.

Kami berhenti di sebuah kios kecil yang hanya berupa mobil merah tetapi isi mobil itu lengkap dengan banyak cemilan juga air mineral. Setelah membeli air mineral, kami melanjutkan perjalanan kami menuju pasar terdekat untuk sarapan pagi. Sarapan pagi yang kami pilih adalah mie pangsit. Mie pangsit di pasar yang terletak di gang warna ini selain enak, harganya juga murah. Kota Medan memang terkenal dengan kulinernya yang sangat istimewa dan sangat lezat. Tidak hanya makanan di kedai ataupun restoran, makanan di pinggir jalan dan di pasar kota Medan juga sangat lezat! Aku sering menyebutnya Mie Pangsit Pajak Warna. (ps: Orang Medan menyebut kata pasar menjadi ‘pajak’. Hehhehe.)

Kami menikmati sarapan sambil bercerita tentang artis Korea kesukaan kami, juga tentang drama Korea yang akhir-akhir ini sedang terkenal dan tentang bagaimana kuliah kami berjalan satu Minggu ini.
Tanpa sadar, jam tanganku sudah menunjukkan pukul 9 pagi. Kami bergegas meninggalkan kedai mie pangsit itu dan melanjutkan perjalanan kami.

Dari pajak (pasar) warna, kami berjalan sedikit menuju Istana Maimun atau Maimun Palace.
Sebuah ikon yang paling terkenal di kota Medan, warisan Kesultanan Deli. Awalnya kami mengira hanya akan ada sedikit pengunjung pada hari Minggu pagi seperti ini, tetapi saat kami memasuki gerbang depan, kami melihat banyak sekali pengunjung, dan anak-anak bahkan para pemuda pemudi warga lokal terlihat memenuhi bangunan tua ini.

Saat melangkah masuk ke dalam, yang pertama kali terbayang di pikiranku adalah kata ‘melayu’. Karena warna bangunan ini didominasi warna kuning. Membuatku teringat sebuah cerita melayu di sekolah dulu, tentang ‘Lancang Kuning’. Berkat pernah tinggal di kota Melayu Pekanbaru, membuatku sedikit mengetahui beberapa hal tentang melayu.

Karena banyaknya pengunjung pada saat itu, aku tidak berani lagi mengambil banyak foto di Istana Maimun ini bahkan mengambil foto di sendiri saja kami tidak berani.

Saat kami keluar dari Istana Maimun, jam tanganku sudah menunjukkan pukul 11 lewat. Kami terdiam sesaat karena tidak tahu lagi harus kemana. Di depan kami ada Perpustakaan Daerah kota Medan, tetapi sayangnya kategori buku yang kusuka sepertinya tidak akan ada di perpustakaan daerah itu, jadi dengan berhati-hati aku mengeluarkan ponselku dan memotret penampakan depan Perpustakaan Daerah kota Medan. Jujur saja perpustakaan daerah di kota Medan dan Pekanbaru sangat berbeda. Di Pekanbaru lebih besar dan keren. Oops!

Saat akan meninggalkan Istana Maimun, langkahku terhenti saat melihat toko dealer sepeda motor Yamaha di dekat sana. Aku mengintip ke dalam toko itu dan melihat ada Yamaha Mio Fino FI, membuatku teringat iklan Yamaha Fino yang pernah kulihat pada tahun 2010 lalu karena ada boyband Korea Selatan favorit-ku, Super Junior.

Yamaha Mio Fino FI yang mereka pajang kebetulan berwarna biru, membuatku teringat sepeda motor Mio warna biruku yang sekarang kutinggalkan di Pekanbaru. Mengingat itu kembali membuatku ingin memiliki sepeda motor seperti dulu lagi, sehingga tidak perlu sering-sering berjalan kaki lagi. Selain membuat kaki membesar, juga berbahaya kalau suatu hari kerampokan di tengah jalan, juga supaya cepat sampai ke tujuan.

Karena waktu memungkinkan kami untuk makan siang, kami pun memutuskan berjalan kaki kembali ke komplek. Kami menggunakan jalan yang berbeda dengan saat kami datang tadi pagi. Sekarang kami melewati jalan belakang di dekat Istana Maimun. Melewati jalan kecil itu, kami pun kembali ke kawasan komplek tempat tinggal kami. Komplek Multatuli Indah.

Kami berjalan melewati parkiran Rumah Sakit Martha Friska. Tidak langsung menuju ke tujuan, kami memilih duduk sebentar di depan rumah sakit tersebut. Kakiku mulai terasa lelah, dan punggungku mulai butuh bersandar. Begitu juga dengan temanku yang terlihat hampir pingsan itu.
Setelah menghilangkan lelah, kami bergegas masuk ke Hotel Medanville untuk memakai toiletnya sebentar. Kami mendinginkan badan di dalam toilet ber-AC itu, bahkan kami mengambil beberapa foto self camera di toilet. Hal yang selalu dilakukan para cewek.

Aku merogoh saku celanaku. Sisa uangku adalah Rp39.000,00. ‘Masih banyak.’ pikirku. Begitu juga dengan temanku.

Kami keluar dari Hotel Medanville melewati pintu belakang kemudian berjalan di blok komplek yang ada atap di atasnya, jadi kami tidak perlu kepanasan lagi karena terik matahari yang begitu menyengat hari ini.

“Tea Tozz!” kataku pada Lili, nama temanku itu.
“Nanti saja. Uang belum tentu cukup loh.” katanya dan membuatku memanyunkan bibirku.
Baiklah. Akhirnya kami memutuskan akan kembali ke Tea Tozz kalau uang kami masih cukup setelah makan siang ini.

Tidak berapa jauh dari Tea Tozz, kami sampai di tempat favorite kami. Nasi Yulia. Nasi padang ini lumayan terkenal di Medan. Mereka memiliki 2 cabang, yang satunya di jalan Adam Malik, dan satu lagi ada di hadapan kami sekarang. Aku memesan nasi dengan telur dadar sedangkan Lili memesan nasi dengan telur bulat seperti biasa.

Meskipun Nasi Padang Yulia ini memang sangat lezat, tetapi sangat berbeda dengan nasi-nasi padang yang biasa kumakan di Pekanbaru. Aku tidak suka ada tauco di nasi padang ini. Karena nasi padang yang biasa kumakan di Pekanbaru tidak ada tauco dan aku tidak terbiasa dengan tauco itu, membuat rasanya berbeda. Jadi, aku meminta mereka tidak memberikan tauco pada nasiku, hanya Lili saja yang diberikan tauco itu.
Oops! Karena penampakan nasi yulia yang tidak begitu menarik, aku tidak mengambil foto untuk makan siangku hari ini. Hehhehehe.

Yak! Kami sudah menghabiskan setengah dari uang kami tepat di tengah hari juga. Kami benar-benar tidak tahu lagi harus melakukan apa, jadi kami kembali ke dalam komplek dan memotret beberapa tempat di blok ini.

Setelah bosan memotret-motret tidak jelas, akhirnya kami memutuskan ke tempat yang sudah sangat kuinginkan dari tadi. Let’s go to Tea Tozz!
Kami memesan minuman kami, karena sebelumnya kami sudah pernah datang dan mendaftar menjadi member serta mendapatkan stamp, kali ini kami mendapatkan topping gratis! Yaiy! Free is the best thing ever!

Dan seterusnya kami hanya duduk di Tea Tozz sambil online gratis karena di sini tersedia wifi hotspot, so... kami bisa bertahan dalam waktu yang cukup lama di dalam ruangan yang nyaman ini juga.

Trit! Trit! Ponselku lowbat! Aku langsung melihat jam tanganku dan betapa terkejutnya kami berdua saat menyadari kalau kami sudah hampir 3 jam berada di sini.
Kami langsung menghabiskan minuman kami dan bergegas keluar dari Tea Tozz.
Kalau sudah bertemu internet berkecepatan tinggi, kami bisa lupa segalanya.

Kami berencana memilih jalan yang sedikit panjang melalui blok belakang, kami mengulur waktu sampai jam 6 agar kami bisa melegakan perut kami yang kembung karena minuman segar tadi.
Kami keluar dari komplek ke jalanan yang banyak penjual makanannya. Kami pun memutuskan untuk mengobrol di tempat langganan kami sambil menunggu langit gelap.

Saat langit mulai gelap, kami memesan makanan favorite kami, favorite semua warga negara Indonesia. INDOMIE!!!

Tadaaa!!! Beginilah makanan kami kalau uang pas-pasan, meskipun begitu kami sangat menikmatinya. Indomie kuah milikku dan Indomie becek milik Lili. Indomie becek di sini biasanya mereka juga menyebutnya dengan Mie Bangladesh, aku tidak begitu mengerti kenapa disebut seperti itu.

Aku merogoh saku celanaku lagi dan menemukan uangku tinggal Rp11.000,00. Untung saja minuman yang kupesan sekarang hanya air putih, tidak seperti tadi siang aku memesan teh manis dingin, berkat cuaca yang sangat mengerikan hari ini.

Harga indomie yang kami makan adalah Rp8.000,00. Berarti sisa uang kami adalah Rp3.000,00. Sebenarnya aku ingin sekali makan Nasi Perangnya, tetapi uangku masih kurang seribu rupiah.
Aku berencana untuk menyimpan saja sisa uang hari ini, tetapi sate kerang di hadapanku sedikit menggugah selera. Jadi, habislah sisa uangku berkat sate kerang rendang yang sangat nikmat itu.

Setelah puas dengan makanan dan perbincangan kami yang tidak ada hentinya, kami pun kembali ke kost, kembali ke kamar masing-masing membersihkan diri dan betapa beruntungnya hari ini. Saat kami pergi tadi pagi, AC di kamar masih menyala dan saat kami kembali pun, AC di kamar sudah dinyalakan oleh pemilik kost.

Setidaknya hari ini kami tidak merasakan panas yang sangat teramat sangat. Mungkin besok aku akan merasakannya sendirian karena aku belum mendapatkan pekerjaan dan hanya bisa berada di dalam kamar pengap sendirian, belum lagi musim mati listrik seperti sekarang ini.

The end of the day!
Aku bersantai di kamarku sambil mendengarkan musik dan minuman kesukaanku. Black Soda Drink! It’s free tho! Hadiah dari bikin member di Maximart Thamrin Plaza Medan! Hhehehehe

Saat sibuk mendengarkan lagu dan membuka instagramku, aku teringat Yamaha Mio Fino FI lagi. Aku langsung membuka laptop dan browsing mengenai spesifikasi motor matik itu.
Tidak lupa aku menghubungi calon kakak iparku yang tinggal di Pekanbaru. Menanyakan apakah di toko mereka ada menjual Yamaha Mio Fino FI yang tadi kulihat. Beruntung aku punya kenalan yang menjual kendaraan bermotor, karena saat membeli motor pertama kalinya pun, toko sepeda motor milik calon kakak iparku memberikan kami diskon. Hehhehee.

Dan sekarang aku bertanya hanya untuk survey harga saja, dan aku akan membeli sepeda motor itu di Medan kalau saja aku sudah mendapatkan pekerjaan yang baik.

Rincian pengeluaran hari ini:

Air Mineral: Rp3.000,00
Mie Pangsit Pajak Warna: Rp8.000,00
Nasi Yulia + Teh Manis Dingin: Rp14.000,00
Tea Tozz (Free Topping): Rp14.000,00
Indomie + Sate Kerang: Rp11.000,00


Foto-foto yang sudah ter-upload ke Instagram disertai hastag #kulinermedan :










   












Nasi Perang yang batal masuk mulut.
























































Istana Maimun / Maimun Palace

















Perpustakaan Daerah Medan













Foto Yamaha Mio Fino FI yang dikirimin calon iparku dari Pekanbaru.



And my lovely 1st motormatic:




Sekian rincian ceritaku hari ini bersama Lili dan uang lima puluh ribu rupiah di kota kuliner tercinta... Medan, Sumatera Utara.

Meskipun berjalan kaki dengan penuh perasaan waspada, tetapi akhirnya kami bisa pulang dengan selamat and we really really have fun today! Meskipun hanya dengan uang yang tidak banyak, tetapi fun bisa tetap didapatkan dengan bagaimana pun caranya. Bahkan tanpa sepeser uang sekali pun, kalau mau fun, pasti bisa!

Thanks for reading guys! Leave your comment if you have some ! Thanks yo! Love ya!

Untuk yang mau lihat iklan Yamaha Fino tahun 2010 lalu, contact me!

Dan ini Link VIDEO FINO LIFESTYLE, yang bikin aku jadi pengen jalan-jalan ke Jakarta.
http://www.youtube.com/watch?v=XdI1CHTM4Mw



THE END

No comments:

Post a Comment